BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bermain adalah hak asasi bagi anak usia
dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa pra sekolah. Kegiatan
bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam
perkembangan kepibadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain
pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif terhadap perkembangan
kepibadiannya
Di dalam bermain anak memiliki nilai
kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan.
Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak
mendapatkan kepuasan dalambermain, yang berarti mengemabngkan dirinya sendiri.
Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan
penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi,
daya fantasi, dan kreativitas.
Dalam kenyataan sekaran ini sering dijumpai
bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah terpasung di tengah kesibukan orang
tua. Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi
gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak
berguna untuk menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha
mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak.Fungsi bermain bagi anak
usia dini dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakn dengan tepat, baik
dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan
sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada umumnya, dan mengembangkan daya
kreativitas anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu Bermain,
Kreatifitas dan Bermain dan Kreatifitas Pada Anak Usia Dini ?
2.
Bagaimana Tahapan Bermain
dan Kreatifitas pada Anak Usia Dini ?
1.3 Tujuan Makalah
1.
Mengetahui masa Bermain
anak usia dini dan Kreatifitasnya.
2.
Mengetahui tahapan
perkembangan Bermain dan Kreatifitas pada Anak Usia Dini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Anak Usia Dini
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa
kanak-kanak adalah masa terpanjang dalam rentang kehidupan seseorang, saat
individu dimana relatif tidak berdaya dan tergantung dengan orang lain. [1]Menurut Hurlock (1980),
masa kanak-kanak di mulai setelah bayi yang penuh dengan ketergantungan, yaitu
kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13
tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk laki-laki. Masa kanak-kanak di bagi lagi
menjadi dua periode yang erbeda, yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode
awal berlangsung dari umur 2-6 tahun, dan periode akhir pada masa usia 6
sampaitiba saatnya anak matang secara seksual. Garis pemisah ini pnting,
khususnya digunakan untuk anak-anak yang sebelum mencapai wajib belajar
diperlakukan sangat berbeda dari anak yang sudah masuk sekolah. Sedangkan para
pendidik menyebut sebagai tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia pra
sekolah, demikian halnya menurut [2]Mönks, dan Haditono (2004)
disebut sebagai anak pra sekolah.
Anak pada usia dini sebagai usia dimana
anak belum memasuki suatu lembaga pendidikan formal, seperti Sekolah Dasar
(SD), dan biasanya mereka tetap tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam
bentuk berbagai lembaga pendidikan pra sekolah seperti kelompok bermain, taman
kanak-kanak atau taman penitipan anak
Menurut Setiawan (2002), yang mengacu pada
teori Piaget, anak usia dini dapat di katakan sebagai usia yang belum dapat di
tuntut untuk berpikir secara logis, yang di tandai dengan pemikiran sebagai
berikut :
- Berpikir secara konkrit, dimana anak belum daat
memahami atau memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (seperti cinta dan
keadailan)
- Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk
menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata
- Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari
sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari si lain
- Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak
mudah menerima sesuatu yang majemuk
- Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa
semua objek yang ada dilingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan
sebagaimana yang dimiliki anak
- Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk
mengkonsentrasikan dirinya pada satu aspek dari suatu situasi
- Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi
yang sangat kaya dan imajinasi ini yang sering dikatakan sebagai awal
munculnya bibit kreativitas pada anak.
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun, yang berada pada tahap perkembangan awal
masa kanak-kanak, yang memiliki karakteristik berpikir konkrit, realisme,
sederhana, animism, sentrasi, dan memiliki daya imajinasi yang kaya
A. Bermain
1.
Pengertian Bermain
[3]Dunia
anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya
dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama
yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak
akan lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat
digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu
pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan
pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat
mengembangkan imajinasi anak
Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004)
mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi
dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk
memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Bermain menurut [4]Mulyadi (2004), secara umum
sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan.
Terdapat lima pengertian bermain :
- Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai
intrinsik pada anak
- Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih
bersifat intrinsik
- Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur
keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
- Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
- Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan
seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar
bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya
Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari
anak memalui aktivitas bemain. Pada usia prasekolah, anak perlu menguasai
berbagai konsep dasar tentang warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, dan
sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui kegiatan
bermain.
Bermain, jika ditinjau dari sumber
kegembiraannya di bagi menjadi dua, yaitu bermain aktif dan bermain pasif.
Sedangkan jika ditinau dari aktivitasnya, bermain dapat dibagi menjadi empat,
yaitu bermain fisik, bermain kreatif, bermain imajinatif, dan bermain
manipulatif. Jenis bermain tersebut juga merupakan ciri bermain pada anak usia
pra sekolah dengan menekankan permainan dengan alat (balok, bola, dan
sebagainya) dan drama.
2.
Tahapan Perkembangan Bermain
Pada umumnya para ahli hanya membedakan
atau mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwa
suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan
dengan jenis kegiatan lainnya.
a.
Jean Piaget
Adapun tahapan kegiatan bermain menurut
Piaget adalah sebagai berikut:
1.
Permainan Sensori Motorik
(± 3/4 bulan – ½ tahun)
Bermain diambil pada periode perkembangan
kognitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan
sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutankenikmatan
yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan
pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive assimilation.
2.
Permainan Simbolik (± 2-7
tahun)
Merupakan ciri periode pra operasional yang
ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain
pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan,
mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan
sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan
jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus.
Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya
sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain
simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan
pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan
kembali dalam kegiatan bermainnya.
3.
Permainan Sosial yang
Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)
Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak
terlibat dalam kegiatan games with rulesdimana kegiatan anak lebih
banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4.
Permainan yang
Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain lain yang memiliki
aturan adalah olahraga. Kegiatan bermain ini menyenangkan dan dinikmati
anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku
dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti.
Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang
sebaik-baiknya. Jika dilihat tahapan perkembangan
bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang tadinya dilakukan
untuk keenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk hasil tertantu seperti ingin
menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
b.
Elizabeth B. Hurlock
Adapun
tahapan perkembangan bermain mrnurut [5]Hurlock adalah sebagai
berikut:
1.
Tahapan Penjelajahan (Exploratory
stage)
Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain,
mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya.
Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga
anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya.
2.
Tahapan Mainan (Toy
stage)
Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6
tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya.
Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya
bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya
teman bermainnya.
3.
Tahap Bermain (Play
stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai
masuk ke sekolah dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah
banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi
games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.
4.
Tahap Melamun (Daydream
stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati
masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang
tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal.
Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa
kurang dipahami oleh orang lain. Dari penjelasan di atas
maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak
dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan ekstrinsik,
melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar
bermain(seperti perkembangan kreativitas), dan merupakan interaksi antara anak
dengan lingkungannya, serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuia
dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan
juga dengan usia anak.
B. Kreativitas
1.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap
atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan
secara tuntas. Kreativitas dapat didefinisikan dalam
beranekaragam pernyataan tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah
kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang
istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara pemecahan
masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan
melihat adanya berbagai kemungkinan
Menurut Solso [6](Csikszentmihalyi,1996)
kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru
terhadap suatu masalah atau situasi. Drevdal (dalam [7]Hurlock, 1999) menjelaskan
kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk,
atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal
pembuatnya. Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis
pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mungkin mencakup pembentukan
pola-pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya
serta pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup
pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk kreativitas mungkin berupa produk
seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin juga bersifat prosedural atau
metodologis. Jadi menurut ahli ini, kreativitas merupakan aktivitas imajinatif
yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh
dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan
bermanfaat. [8]Munandar
(1995) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau
elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan
bermanfaat.
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru atau suatu kombinasi baru berdasarkan unsurunsur yang telah ada sebelumnya
menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat.
2.
Komponen Pokok Kreativitas
Suharnan (dalam Nursisto, 1999)
mengatakan bahwa terdapat beberapa komponen pokok dalam kreativitas yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Aktifitas berpikir,
kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seseorang.
Aktifitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain,
dan hanya dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Aktifitas ini bersifat
kompleks, karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti persepsi,
atensi, ingatan, imajeri, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan
pemecahan masalah.
2.
Menemukan atau
menciptakan sesuatu yang mencakup kemampuan menghubungkan dua gagasan atau
lebih yang semula tampak tidak berhubungan, kemampuan mengubah pandangan yang
ada dan menggantikannya dengan cara pandang lain yang baru, dan kemampuan
menciptakan suatu kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada dalam
pikiran. Aktifitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi yaitu
kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam pikiran sebelum
sesuatu yang baru diharapkan muncul.
3.
Sifat baru atau
orisinal. Umumnya kreativitas dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk ini
biasanya akan dianggap sebagai karya kreativitas bila belum pernah diciptakan
sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Menurut
Feldman (dalam Semiawan dkk, 1984). sifat baru yang dimiliki oleh kreativitas
memiliki ciri sebagai berikut:
a.
Produk yang memiliki
sifat baru sama sekali, dan belum pernah ada sebelumnya.
b.
Produk yang memiliki
sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa produk yang sudah ada sebelumnya.
c.
Produk yang memiliki
sifat baru sebagai hasil pembaharuan (inovasi) dan pengembangan (evolusi) dari
hal yang sudah ada.
d.
Produk yang berguna atau
bernilai, suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki
kegunaan tertentu, seperti lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, dan
mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak.
Mencermati
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen pokok kreativitas adalah;
1.
aktifitas berpikir, yaitu
proses mental yang hanya dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan,
2.
menemukan atau
menciptakan, yaitu aktivitas yang bertujuan untuk menemukan sesuatu atau
menciptakan hal-hal baru,
3.
baru atau orisinal, suatu
karya yang di hasilkan dari kreativitas harus mengandung komponen yang baru
dalam satu atau beberapa hal dan,
4.
berguna atau bernilai,
yaitu karya yang dihasilkan dari kreativitas harus memiliki kegunaan atau
manfaat tertentu.
C. Bermain
dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini
Bermain merupakan suatu kegiatan yang
menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara
psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif, dimana anak
memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa
ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama,
bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk
mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis.
Rasa aman dan bebas secara psikologis
merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima
apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi, akan
merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk
mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan
upaya pengembangan kreativitas anak.
Bermain memberikan kesempatan pada anak
untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan
gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali
anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali
pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan
pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada
perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia
dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat
permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas
Bermain memberikan keseempatan pada anak
untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk
merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan
cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan
hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya
dalam banyak alternatif cara. Selain itu bermain memberikan kesempatan pada
individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang
erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak.
Berbagai
bentuk bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas, antara lain
1. Mendongeng
2. Menggambar
3. Bermain alat musik sederhana
4. Bermain dengan lilin atau malam
5. Permainan tulisan tempel
6. Permainan dengan balok
7. Berolahraga
D. Komputer, Video
game dan Alat Permainan Elektronik
Alat permainan yang ada saat ini tidak hanya
terbatas pada alat permainan tradisional, tetapi dengan semakin majunya ilmu
pengetahuan, semakin canggih pula alat permainan yang digunakan oleh anak-anak.
Kebanyakan alat permainan yang canggih bersifat otomatis, dan menggunakan
tombol seperti komputer, video game, dan juga game online,
yaitu sebuah permainan yang memungkinkan pemain yang saling bertanding berada
pada belahan dunia manapun, dengan bantuan akses interne,serta beberapa alat
permainan elektronik lainnya. Beberapa permainan bersifat adu tangkas, beberapa
yang lain merupakan pelajaran.
Sebenarnya yang dipacu alat permainan
elektronik adalah kemampuan anak untuk bereaksi cepat, penerapan strategi, dan
dengan latihan yang terus menerus, sehungga anak akan menjadi tangkas. Tetapi
permainan yang ada pada komputer maunpun video game terkadang
kurang mampu mengasah kemampuan pemecahan masalah, mengingat anak tidak belajar
untuk sampai kepada jawaban yang benar melalui proses-proses yang harus
dilaluinya. Terkadang anak hanya menekan tombol saja untuk mendapatkan jawaban
yang benar, ini bukanlah meruakan gambaran kondisi yang sebenarnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Komputer dan video game sering
membatasi interaksi anak dengan orang lain. Walaupun permainan dimainkan berdua
dengan anak lain, tetapi anak lebih berinteraksi dengan komputer atau video
game dan bukanlah dengan teman sepermainannya. Tema permainan yang ada
di komputer atau video game beberapa diantaranya bersifat agresif,
seperti tembak menembak, kejar-kejaran, dan sebagainya. Imajinasi anak
memang dapat masuk kedalam permainan tersebut, namun imajinasi yang
dibangun, bukanlah hasil ciptaannya. Jadi kurang mendukung pengemabngan
kreativitas anak
Mengingat pesonanya yang begitu besar,
komputer dan video game bisa mempengaruhi jadwal kegiatan anak
sehari-hari. Namun dibalik kesemuanya, ada beberapa nilai positif dari komputer
dan video game, diantaranya dapat mengembangkan koordinasi tangan,
mata, kemampuan berpikir cepat, karena anak dirangsang untuk melihat dan
langsung bereaksi dengan menekan tombol-tombol yang tepat. Selain itu beberapa
orang percaya bahwa alat permainan ini bia meningkatkan rentang konsentrasi
anak.
Orang tua dan guru perlu menimbang berbagai
dampak yang mungkin muncul terhadap anak bila bermain komputer dan video
game, dengan mencoba mengurangi dampak negatifnya, seperti pengaruhnya
terhadap kesehatan, kurang interaktifnya anak dengan lingkungannya,
kemungkinana terhambatnya pengembangan berpikir kreatif, dan sebagainya.
Selanjutnya menitik beratkan pada pengaruh positifnya.
E.
Ciri-ciri Permainan Dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini
Pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak akan lepas dari 3 potensi
primer, yaitu fisik, kreatif dan rasio dan 3
potensi sekunder, yaitu gerak, imajinasi dan perasaan (Primadi,
1988). Menurut Tabrani (1998), dalam diri manusia terdapat proses yang
sifatnya sadar, ambang sadar dan tidak sadar.
Perkembangan rasio/daya nalar merupakan gabungan antara
gerak dan imajinasi, perkembangan kreatif merupakan gabungan antara imajinasi
dan perasaan. Unsur fisik, kreatif dan rasio tersebut selalu bekerja
secara bersamaan dalam diri manusia hanya kadarnya sajaberbeda-beda tergantung
pada usia sejak bayi hingga dewasa. Sebagai contoh, ketika bayi karena
daya nalar dan kreativitasnya belum terlatih, maka fisik sangat dominan
terlihat dengan gerakan-gerakannya atau tangisannya. Berbeda dengan masa
kanak-kanak ketika kreativitasnya sudah muncul, akan tetapi nalarnya belum
sepenuhnya hadir, maka yang dominan hadir pada diri anak adalah fisik dan
kreatifnya. Dan ketika telah dewasa, perkembangan fisik, kreatif, rasio
tersebut diharapkan denganpendidikan yang benar terjadi integrasi yang
sinergis. Pemunculan aspek fisik, kreatif dan rasio tersebut seiring
denganpermasalahan yang dihadapinya, misalnya ketika seorang sedang
belajar matematika, ketiga unsur fisik, kreatif dan rasio bekerja, hanya
saja pada saat itu unsur rasio lebih dominan bekerja dibandingkan kreatif
dan fisiknya.
Begitu pula ketika bermain sepak bola, fisik dan kreatif
lebih dominan bekerja dibandingkan unsur rasio. Artinya tidak ada
manusia yang hanya fisiknya saja berkembang 100%, rasionya atau
kreatifnya yang 100%, akan tetapi ketiganya bersinergi menjadikan manusia
sebagai manusia.
[9]Ciri-ciri kreativitas
dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri
non-kognitif (nonaptitude). Ciri kognitif dari kreativitas terdiri
dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif.
Sedangkan ciri non-kognitif dari kreativitas meliputi motivasi,
kepribadian, dan sikap kreatif. Kreativitas baik itu yang meliputi ciri
kognitif maupun ciri nonkognitif merupakan salah satu potensi yang penting
untuk dipupuk dan dikembangkan. Selain kedua ciri
sebelumnya, Seorang anak disebut kreatif jika ia menunjukkan ciri-ciri berikut
ini:
a. Anak yang kretif
cenderung aktif
b. Bereksplorasi,
bereksperimen, memanipulasi, bermain-main, mengajukan pertanyaan, menebak
c.
Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa,
bercerita
d. Berkonsentrasi untuk
“tugas tunggal dalam waktu cukup lama
e.
Menata sesuatu sesuai selera
f.
Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa
g.
Mengulang untuk tahu lebih jauh
Beberapa ciri anak kreatif antara lain adalah sebagai berikut :
1. Lancar berpikir
Ia bisa memberi banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yng Anda
berikan. Inilah salah satu kehebatan anak kreatif. Ia mampu memberikan banyak
solusi dari sebuah masalah yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat penting untuk
dikembangkan. Dunia ini penuh masalah dan tantangan. Semakin kreatif seseorang,
maka ia akan dengan mudah menjawab semua masalah dan tantangan hidupnya dengan
kreativitasnya.
2.
Fleksibel dalam berpikir
Ia mampu memberi jawaban bervariasi, dapat melihat sutu masalah
dalam berbagai sudut pandang. fleksibilitas ini juga sangat penting dalam kehidupan.
Seorang yang fleksibel, akan dengan mudah menyesuaikan diri dalam berbagai
keadaan.
3. Orisinil (asli)
dalam berpikir
Ia
dapat memberi jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru
biasanya tidak lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain.
4. Elaborasi
Ia
mampu menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan,
sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci
sampai hal-hal kecil Semua ciri-ciri anak kreatif tersebut bisa dikembangkan.
Jadi bukan semata keturunan seorang anak bisa menjadi kreatif.
5. Imaginatif
Anak
kreatif memiliki daya khayal atau imajinasi, yang ia aplikasikan dalam
kegiatannya sehari-hari. Ia menyukai imajinasi dan sering bermain peran
imajinasi. Misalnya, ia membayangkan dirinya sebagai Ibu, maka ia akan berperan
sebagai ibu dalam segi bicara dan perilakunya. Dalam tataran anak remaja,
imajinasi ini biasanya berupa fiksi ilmiah, yakni sudah cukup mampu
mengembangkan imajinasinya dalam bentuk-bentuk keilmuan, seperti menulis cerpen
atau naskah drama, menciptakan lirik lagu, bermusik dengan genre tertentu.
6. Senang Menjajaki Lingkungannya
Anak
kreatif senang dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain
menyenangkannya juga membuatnya banyak belajar. Ia bisa mengumpulkan dan
meneliti makhluk hidup, serta benda mati yang ada di lingkungannya. Hal ini
tentu saja bermanfaat untuk masa depannya karena ia akan selalu belajar dan
mengasah rasa ingin tahunya terhadap sesuatu secara mendalam. Ciri ini juga
terkait dengan kecerdasan anak secara naturalis. Misalnya, karena ia
senang meneliti makhluk hidup, maka ia senang memelihara binatang atau tanaman
yang disukainya dan memberinya nama.
7. Banyak Ajukan Pertanyaan
Anak
kreatif sangat suka mengajukan pertanyaan, baik secara spontan yang berkaitan
dengan pengalaman barunya maupun hasil ia berpikir. Sering kali pertanyaan yang
diajukannya membuat kita sulit dan merasa terjebak. Karena itu, kita harus
memiliki strategi yang tepat dengan berhati-hati memberikan pernyataan dan
harus siap dengan jawaban yang membuatnya mengerti.
8. Mempunyai Rasa
Ingin Tahu yang Kuat
Anak
kreatif suka memperhatikan sesuatu yang dianggap menarik dan mendalaminya
sampai puas. Rasa ingin tahu anak kreatif sangat tinggi, sehingga ia tak akan
melewatkan kesempatan untuk bertanya. Karena itu, kita sering dibuatnya agak
kewalahan bahkan jengkel dengan menganggap anak kita bawel.
Padahal
itulah kehebatannya, rasa ingin tahunya akan membuatnya haus ilmu, memiliki
daya kritis dalam berpikir dan tidak cepat percaya dengan ucapan orang sebelum
membuktikan kebenarannya. Karena itu, fokus dan konsentrasi terhadap anak
kreatif harus benar-benar diperhatikan. Cara berpikirnya yang cepat dan lancar
akan membuatnya mudah bertindak memuaskan keingintahuannya.
9. Suka Melakukan
Eksperimen
Anak
kreatif suka melakukan percobaan dengan berbagai cara untuk memuaskan rasa
penasaran dan rasa ingin tahunya. Karena itu, sebagaimana contoh di atas, orang
tua harus bayak mendampingi dan membimbingnya, tetapi tidak bertujuan
menghambat atau terlalu mencampuri eksperimennya itu. Memberikan penjelasan tentang
baik dan buruknya sesuatu lebih baik daripada berkata “jangan” atau “tidak
boleh”.
10. Suka Menerima
Rangsangan Baru
Anak
kreatif sangat suka mendapatkan stimulus atau rangsangan baru, serta terbuka
terhadap pengalaman baru. Hal ini berkaitan dengan rasa ingin tahunya dan
kesukaannya bereksperimen. Semakin banyak stimulus yang kita berikan, maka
semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkannya dan semakin banyak pula
percobaan yang dilakukannya, sehingga proses dan kemampuan berpikirnya akan
terus berkembang dan mengasah kecerdasan otaknya.
11. Berminat
Melakukan Banyak Hal
Anak
kreatif memiliki minat yang besar terhadap banyak hal. Ia suka melakukan
hal-hal yang baru, berani mencoba hal baru dan tidak takut terhadap tantangan.
Dengan mengetahui antusiasme dari minatnya terhadap sesuatu akan membantu orang
tua mengenali bakat anak, sehingga sejak dini bisa mengembangkan minat dan
bakatnya secara berdampingan dan berkesinambungan. Selain itu, keberanian
melakukan hal-hal baru dapat memupuk rasa percaya dirinya yang bermanfaat untuk
perkembangan kepribadiannya kelak.
12. Tidak Mudah
Merasa Bosan
Anak
kreatif tidak mudah bosan melakukan sesuatu. Ia akan melakukannya sampai ia
merasa benar-benar puas. Jika sudah puas, maka ia akan melakukan sesuatu yang
lain lagi. Inilah ciri kreativitasnya yang menonjol.
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Bermain merupakan salah satu hak asasi
manusia, begitu juga pada anak usia dini. Ada banyak manfaat yang didaptkan
dari kegiatan bermain, salah satunya adalah pengemangan kreativitas. Bermain
dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa
alat dapat menunjang ktreativitas anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang
tua dan guru pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas
anak, dengan memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang
tepat sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak.
Kreativitas
merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru
yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi,
diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdayaguna dalam berbagai bidang untuk
pemecahan suatu masalah. Kreativitas
anak dapat distimulasi dan dirangsang oleh guru dengan pembelajaran yang
kreatif pula. Anak usia dini
merupakan golden age,
dimana apabila dikembangkan kreativitasnya maka ia akan tumbuh pula menjadi
dewasa yang kreatif. Seorang calon guru wajib pul mengetahui, baik bentuk atau
jenis, ciri-ciri, maupun manfaat dari permainan dan kreativitas anak.
DAFTAR PUSTAKA
Csikszentmihalyi,
M., 1996, Creativity. Harper Collins Publisher, Inc : New York
Hurlock, E. B.,
1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan), edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta
Hurlock,
E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga
: Jakarta
Mönks, F.J, Knoers,
A.M.P dan Haditono, S.R. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Munandar,
S.C.U.,1995. Pengembangan Kreativitaas Anak Berbakat. Rineka Cipta
kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
Mulyadi, S., 2004. Bermain
dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan
Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta
Wiyani, Novan Ardy & Barnawi.
Format PAUD. Ali Imron: Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012
Suharsono, (2000). Mencerdaskan Anak. Jakarta :
Inisiasi Press Yusuf, Syamsu LN. (2000). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya
[1] Hurlock, E. B., 1980. Psikologi
Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), edisi
kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta
[2] Mönks, F.J, Knoers, A.M.P dan Haditono, S.R.
2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta
[3] Wiyani, Novan Ardy &
Barnawi. Format PAUD. Ali Imron: Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
[4] Mulyadi, S., 2004. Bermain dan
Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain).
Papas Sinar Sinanti : Jakarta
[5] Hurlock, E. B., 1980. Psikologi
Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), edisi
kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta
[8] Munandar, S.C.U.,1995. Pengembangan
Kreativitaas Anak Berbakat. Rineka Cipta kerjasama dengan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
[9]
Suharsono, (2000). Mencerdaskan
Anak. Jakarta : Inisiasi Press
Yusuf, Syamsu LN.
(2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar