RABI'AH AL ADAWIYAH
mau tauuu ??
kenapa kitaa mengambil nama beliau sebagai nama kamar yaitu Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang sufiah yang merentas jalan berbeda dibanding kebanyakan orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah pada masanya. Sebelumnya para sufi mendekatkan diri dengan jalan khauf wa raja’, yaitu rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Namun Rabi’ah mengenalkan dan mengajukan jalan lain yaitu mahabbah (cinta Illahi), sehingga beribadah atau mengabdi kepada Tuhan secara tulus ikhlas tanpa rasa terpaksa. Bukan karena merasa takut pada neraka atau karena mengharap surga, karena bagi Rabi’ah beribadah seperti ini berarti beribadah dengan pamrih kepada Allah.
kenapa kitaa mengambil nama beliau sebagai nama kamar yaitu Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang sufiah yang merentas jalan berbeda dibanding kebanyakan orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah pada masanya. Sebelumnya para sufi mendekatkan diri dengan jalan khauf wa raja’, yaitu rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Namun Rabi’ah mengenalkan dan mengajukan jalan lain yaitu mahabbah (cinta Illahi), sehingga beribadah atau mengabdi kepada Tuhan secara tulus ikhlas tanpa rasa terpaksa. Bukan karena merasa takut pada neraka atau karena mengharap surga, karena bagi Rabi’ah beribadah seperti ini berarti beribadah dengan pamrih kepada Allah.
maka darii ituu kami sangat tersanjung dan menjadi inspirasi kami untuk selalu mencintai dan dekat dengan ALLAH SWT
betul ???
betul ???
J RABIAH AL-ADAWIYAH J
Rabiah Al-Adawiyah (bahasa Arab: رابعة العدوية القيسية) dikenal juga dengan nama Rabi'ah
Basri adalah seorang sufi wanita
yang dikenal karena kesucian dan dan kecintaannya terhadap Allah. Rabi'ah
merupakan klien (bahasa Arab: Mawlat)
dari klan Al-Atik suku Qays bin 'Adi, dimana ia terkenal dengan sebutan
al-Qaysyah Ia dikenal sebagai seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak
tertarik kepada kehidupan duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk
beribadah kepada Allah. Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717
Masehi, atau 95 - 99 Hijriah, di kota Basrah, Irakdan meninggal sekitar tahun
801 Masehi / 185 Hijriah.
Nama lengkapnya adalah Rabi'ah
binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah. Rabiah merupakan sufi wanita
beraliran Sunni pada
masa dinasti Umayyah yang menjadi pemimpin dari murid-murid
perempuan dan zahidah, yang mengabdikan dirinya untuk penelitian hukum kesucian
yang sangat takut dan taat kepada Tuhan. Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki
sebagai The Mother of the Grand Master atau Ibu Para Sufi Besar
karena kezuhudannya. Ia juga menjadi panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu al-Faridh dan Dhun Nun Al-misri. Kezuhudan Rabi'ah juga dikenal hingga ke Eropa. Hal
ini membuat banyak cendikiawan Eropa meneliti pemikiran Rabi'ah dan menulis
riwayat hidupnya, seperti Margareth Smith, Masignon, dan Nicholoson.
Rabi'ah mengembangkan aliran sufi yang berlandaskan seluruh amal ibadahnya atas dasar cinta
kepada Ilahi tanpa pamrih atas pahala, surga atau penyelamatan dari azab neraka.[1] Rabi'ah terkenal dengan metode cinta kepada Allah (Bahasa Arab:Al-mahabbah, artinya cinta tanpa pamrih) dan uns
(kedekatan dengan Tuhan). Perkataan mistik Rabi'ah menggambarkan kesalehan
dirinya, dan banyak diantara mereka yang menjadi kiasan atau kata-kata hikmah
yang tersebar luas di wilyah-wilayah negara Islam. Rabi'ah al-Adawiyah terkenal zahid (tak tertarik pada
harta dan kesenangan duniawi) dan tak pernah mau meminta pertolongan pada ornag
lain. Ketika ia ditanya orang mengapa ia bersikap demikian, Rabi'ah menjawab:
|
“
|
Saya malu meminta sesuatu pada Dia yang memilikinya, apalagi
pada orang-orang yang bukan menjadi pemilik sesuatu itu. Sesungguhnya Allah
lah yang memberi rezeki kepadaku dan kepada mereka yang kaya. Apakah Dia
yang memeberi rezeki kepada orang yang kaya, tidak memberi rezeki kepada
orang-orang miskin? Sekiranya dia menghendaki begitu, maka kita harus
menyadari posisi kita sebagai hamba-Nya dan haruslah kita menerimanya dengan
hati rida (senang).
|
”
|
Alasan
mengambil nama Rabiah Al-Adawiyah
Kita mengambil nama Rabiah Al-Adawiyah
karena, terinspirasi oleh sosok kehidupan beliau, yaitu sebagai sufi wanita
yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada kehidupan duniawi, sehingga ia
mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.
Kami berharap agar kami bisa mencontoh
atau menjadi panutan untuk kami dengan sosok beliau sebagai seorang wanita yang
bijaksana, sebagai pemimpin dan mampu berjuang dijalan Allah sehingga beliau
dapat meninggalkan segala sesuatunya didunia hanya untuk beribadah dan taqwa
hanya kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar