BERAWAL DARI FACEBOOK
Malam itu mungkin menjadi malam terindah bagi ku, bahkan menjadikan
malam layaknya tempat impian yang penuh akan harapan yang membahagiakan. Bagai
malam penuh bintang yang menghiasi langit malam, di tambah dengan cahaya sang
bulan yang terang bagai lampion di kegelapan malam. Begitu menenangkan. Kau
tahu mengapa?. Karena aku bisa mendapatkan cinta seutuhnya dari lelaki pujaan
ku, yang sudah lama aku impikan. Muchammad Arizal
“Berawal dari facebook baruku, kau datang dengan cara tiba-tiba”
Sebaris lirik dari sebuah lagu yang di popularkan oleh grup band “Gigi”,
sepertinya juga sudah mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Begitu banyak
jejaring sosial yang beredar didunia maya, maka semakin banyak juga hal yang
sebelumnya tidak pernah dibayangkan akan terjadi.
Beberapa bulan yang lalu, iseng Rosita (saya) membuka
internet dan mencoba untuk “Sign In” sebuah akun di salah satu jejaring
sosial Facebook. Awalnya dengan tata cara dan aturan main di facebook yang
biasa aku lakukan. Lama kelamaan akhirnya kumengerti bahwa di dalam Facebook
itu tidak hanya sekedar mencari teman buat kenalan, bahkan bisa yang lain juga
seperti saling tukar dan kirim foto, chatting dan banyak lainnya.
Suatu hari Rosita (saya) menemukan sebuah profil nama pria
yang menurut aku sendiri tidak asing. Namanya Muchammad Arizal. Tanpa pikir
panjang, saya langsung nge-add nama itu untuk berteman dengan pria
tersebut. Selang waktu beberapa menit, permintaan pertemanannya dikonfirmasi
olehnya. Nah, dari sini kisahnya bermula.
Setelah status dari belum kenal dan sekarang menjadi berteman,
Rosita (saya) sering melihat-lihat di dinding profil miliknya Arizal. Aku
juga sering melirik-lirik album foto koleksinya Arizal. Dan juga sempat membaca
info tentangnya.
Iseng namun berharap, Rosita (saya) mencoba mengirimkan
sebuah “message” kepada Arizal,
“Assalamualaikum.. Ia
pun menjawab “Waalaikumsalam” aku mencoba bertanya “lagi apa arizal?”
selang beberapa menit di percakapan facebook, Arizal menjawab “..lagi
duduk aja, Ita sih lagi apa?” “iya sama lagi duduk juga, punya pin BB
nggak?” tanpa pikir panjang aku meminta salah satu jejaring sosial lain
yang sekarang banyak digunakan yaitu Blackberry Messenger. Tak sampai disitu,
Arizal kembali menjawab “punya, tapi lagi off.. Hpnya lagi di charge.. pin
Ita aja sini tak invite..” “oh iya, boleh 7EXXXXX” tak lama kemudian
dia ada di kontak BBM milikku, aku terkejut dan bersyukur dia ingin dekat
denganku, Karena memang itulah yang saya tunggu.
***
Dari situ aku mulai tertarik dengan pribadi Arizal, kami berdua
kini bagaikan“Pungguk merindukan Bulan” karena setiap hari selalu
mengingatnya. Bahkan setiap saat aku pribadi selalu membayangkan wajah Arizal.
Saat makan, tidur, selalu membayangkan wajahnya yang ada di foto. Bahkan aku
sempat memimpikannya di dalam tidurku. Sampai suatu ketika, di salah satu pesan,
aku memanggilnya dengan sebutan “sayang.. “ tak tahu darimana munculnya,
hingga jari-jari ini menuliskan kata seperti itu, karena pada saat itu aku
gugup dan akhirnya keceplosan memanggilnya “sayang..” yang sebenarnya
mungkin belum pantas di katakan, karena belum ada ikatan yang serius dari kami
berdua, tetapi dia tidak marah dan menganggapnya hal biasa, sedikit
penyesalanku namun sekaligus merasa bahagia, karena dia tidak mempermasalahkan
hal itu.
Hari itu,,, aku merasakan sesuatu yang membuncah di dada. Entah apa
namanya… begitu rumit. Tapi aku sadar bahwa terkadang rasa itu tidak selamanya
bisa terwakilkan dengan kata. Jadi biarlah,,, tetap menjadi rasa di dada. Tanpa
terucap di bibir.
Tentang rasa itu. Semakin lebat saat disela-sela menyelesaikan
pekerjaan, aku mencoba diam, dan berfikir sejenak.. apakah aku jatuh cinta
kepadanya? Terlintas dipikiranku untuk menuliskan puisi untuknya. Aku suka menulis
puisi tentangnya, puisi ini khusus kubuat Dia pun tak tahu saya membuat puisi
ini, terbentuk dari awal huruf namanya, yaitu MUCHAMMAD ARIZAL.
Muchammad
Arizal, itulah dirimu
Untaian nama yang
selalu ada dibenakku
Cukup membuatku
larut dalam lamunan
Hanya dengan
pandangan mata
Aku bingung apa
yang terjadi padaku
Mungkinkah aku
telah jatuh cinta
Memendam rasa
memang bukan hal yang bagus,
Aku bukan pungguk
yang merindukan bulan
Disini ada
sekeping hati, yang menanti tanpa henti
Aku harus
bertanya pada siapa
Rasanya tak
mudah memendam perasaan ini sendiri
Ingin rasanya
berteriaakk, tapi…
Zat-zat itu semakin
larut dan bercampur dalam tubuh ini
Aku mencintaimu
Muchammad Arizal
Lihatlah aku dan
kesungguhanku dengan mata dan hati yang tepat.
Puisi
ini khusus aku tulis untukmu, dan aku membuatnya setelah aku mengenal Nama Muchammad Arizal.
Disela
waktu, akhirnya semua terjawab bahwa engkaupun merasakan yang sama,
mengungkapkan hal yang sama, semua terasa terjawab dengan penuh kepastian.
“Mas..
setelah sekian lama kita kenal, Nenk sayaang sama kamu, dan mungkin Nenk cinta
sama kamu, apakah kamu juga merasakan hal yang sama?”
“ko..
Tanya seperti itu Nenk?”
“karena
sudah cukup menyiksa hati ini tanpa ada kepastian, dan akhirnya aku ingin kamu
tahu apa yang kurasakan..bagaimana tentangmu?”
“jujur..
setelah beberapa waktu baru-baru ini kita dekat, Mas ngerasa nyaman dengan
Nenk, Mas juga sayaang sama Nenk..”
Ucapan
yang membuat aku pribadi bahagia dan juga terharu, akhirnya perasaan kita sama
dan juga saling menyayangi.
KESAN PERTAMA
Diawal, pertemuan kita bukan suatu kebetulan, aku selalu percaya
itu dan entah dengan keajaiban apa, Allah yang menyebabkan kita saling
berkenalan. Perkenalan itu tak menimbulkan kesan apapun pada awalnya. Aku
menganggapmu pria biasa, yang ingin berkenalan, berbagi cerita, berbagi apapun
yang bisa dibagi. Kamu tak pernah benar-benar tahu tentangku, seperti halnya aku
tak benar-benar tahu tentangmu. Engkau tak tahu aku ini siapa, yang kau tahu aku
hanya gadis lugu yang berkuliah di salah satu Universitas di Brebes, dan lebih
tepatnya di daerah Bumiayu, sekaligus seorang Santriwati di salah satu Pondok
Pesantren. Yang kau tahu aku hanyalah perempuan biasa yang tak banyak berdandan
dan bersolek di depan cermin.
Kau mengungkapkan kekagumanmu, aku juga mengungkapkan kekagumanku
kepadamu. Setelah banyak cerita, akhirnya kita memutuskan untuk bertemu. Langit
desa Banjarharjo yang cerah kala itu menjadi saksi bahwa dua orang anak manusia
dipertemukan semesta untuk jatuh cinta. Aku tak pernah tahu hal ini dinamakan
apa, kita berkenalan memang belum terlalu lama, namun rasanya saya selalu ingin
berada didekatmu juga berada disampingmu. Kau tak menuntut aku untuk menjadi
seperti apa, kau memperlakukanku semanis mungkin, mengenggam jemariku seakan
tak mau kehilangan. Tahukah engkau, dari semua perlakuanmu itu membuat aku
semakin takut kebersamaan kita tiba-tiba terbelah karena komunikasi kita yang
berjauhan.
Aku tak tahu arti tatapan matamu setiap kali kau membicarakan
cinta. Fakta-fakta yang tak bisa dipungkiri adalah dunia hanya sebesar daun
kelor. Dan ternyata kita pernah satu Sekolah Menengah Pertama atau yang lebih
tepatnya di SMP N 02 Banjarharjo, sama-sama tidak mengenal, dan fakta lain
terungkap setelah kau baru mengetahui bahwa orangtua kita sudah lama kenal dan
dekat. Tak menyangka sama sekali dalam percakapan cerita tersebut kita larut
dalam senangnya bercanda. Sungguh aneh tapi ini nyata lho..
***
Pertemuan berlanjut dan aku tak mengerti arti genggaman tanganmu dari
situlah setiap kali kau memegang tangan ini aku mulai mencintaimu, tak ingin
hilang dari pandanganmu. Aku juga tak tahu arti rangkulanmu di tengah hujan di
kota itu. Aku tak mengerti dan apa yang harus aku lakukan, seakan harus menerima
kenyataan yang harus aku terima nampaknya aku benar-benar mencinta pria ini.
Aku berjalan mengarungi hari bersamamu, meskipun singkat dan
menghadapi banyak cobaan rindu yang bergelut dalam hati yang semakin tak mengerti.
Engkau terlalu gaib bagiku, Arizal, kau terlalu jauh untuk kugapai, dan aku
sedang dalam keadaan sangat berharap jika kau tiba-tiba pergi seakan tak pernah
terjadi apapun diantara kita. Malam ini, aku dalam keadaan mempertanyakan
semua, mempertanyakan perasaanmu padaku, mempertanyakan apa tujuan hubungan
yang kita jalani selama ini, mempertanyakan semua arti pelukan, candaan,
bisikkan cintamu yang selalu berhasil memabukkanku.
Dalam keadaan sering kehilangan, aku selalu mempertanyakan apa yang
Tuhan mau. Aku melihat dirimu sebagai sosok pria yang tangguh, seiman,
menyenangkan, humoris dan pendengar yang baik. Engkaulah pria yang selama
kehadirannya selalu ku tunggu. Pria sepertimulah yang langka bagiku, yang
sangat jarang masuk kedalam hidup saya. Ketika menemukanmu, aku seperti
menemukan oase menyegarkan yang menghilangkan dahaga. Dahaga karena terlalu
sering berlari dan mencari hal yang tak pasti, haus yang dihasilkan karena aku
terlalu sibuk melompat dari satu hubungan ke hubungan yang lain, hingga aku
lupa sebenarnya apa yang aku cari selama ini. Memang semua atas takdir Allah,
dan hanya Allah sutradara terbaik, dan aku bersyukur atas apa yang Allah
tuliskan kepadaku.
Itulah
cinta yang membuatku tak tau kenapa aku begitu buta, yang menjadikan saya
selalu memikirkanmu Muchammad Arizal.
DIA..
Senyumnya adalah bagian yang paling kuhapal, setiap hari ingin
rasanya kunikmati senyum itu sebagai salah satu pasokan energiku. Kali ini pun
tetap sama, ketika kupandangi ia yang sedang duduk di depanku, dan matanya yang
sesekali mengarah padaku dengan malu-malu, ia menyimpulkan senyum itu lagi. Aku
yang sedang menggambar wajahnya, memperhatikan setiap lekuk pahatan tangan
Tuhan. Detail wajahnya tak seinci pun ku lewati. Hidungnya yang mancung, pipi
dan rahang yang tegas, dan bentuk bibirnya yang mencuri perhatian siapapun saat
menatap lengkungan senyum itu. Aku penggemarnya, seseorang yang mencintainya
tanpa banyak ucap, namun dengan tindakan yang nyata.
Secara terang-terangan, aku tak pernah bilang cinta, namun selalu
kutunjukkan rasa. Entah lewat sentuhan, perhatian, dan caraku membangun
percakapan. Aku mencintainya. Terlalu mencintainya. Sampai-sampai aku tak sadar
bahwa kedekatan kita semakin tak terkendalikan, meskipun semua singkat, tapi
rasanya cinta begitu terburu-buru mengetuk pintu hatiku. Kuperhatikan lagi
bentuk wajahnya, rahang dan rambutnya yang begitu ku sukai, seandainya aku
punya keberanian untuk menyentuh wajah itu.
***
Di sela- sela waktu, dia meminta perhatianku, tak sengaja diawal
permasalahan kecil, dia mengungkapkan “Aku tidak suka dengan perempuan yang
susah diatur, aku ingin kamu menuruti perintahku, karena aku bekerja di bidang
kesehatan jadi aku tahu mana yang baik untuk kamu..” Yaa, salah satu
pekerjaannya memang di bidang kesehatan, dan lebih tepatnya di perusahaan yang
bernama K-Link Indonesia, yang berpusat dalam hal kesehatan. Aku sendiri belum
terlalu mengerti pekerjaan dia.
Helaan napasku terdengar santai, “Maafkan aku, aku tidak bermaksud
mengecewakanmu”
“Itu tergantung kamu, kalau memang kamu sayang kepadaku, turutilah
semua permintaanku, tetapi jika kamu tidak menurutiku, itu artinya kamu tidak
menyayangiku, cukup 2 hal itu yang harus kamu tahu.. toh yang aku minta
juga bukan hal keburukan tetapi semua itu untuk kebaikan kamu” kening pria itu
mengkerut ketika mengatakan itu.
“Baiklah aku akan menuruti kamu, karena aku sayang kamu..asalkan
itu baik untukku” jawabku
“Selama ini aku tidak pernah menyuruhmu dalam keburukan, tetapi hal
positif dan apalagi masalah kesehatan..” tanggapnya dengan cepat.
Ia kembali diam sejenak, dengan matanya yang indah, ia kembali
meminta perhatianku, “Kenapa aku putus dengan Dia? Karena Dia tidak menurutiku,
Dia cantik iya, perhatian iya, sayang juga iya, dan orangtuanya pun sangat baik
padaku” lengkapnya.
Wanita itu lagi? Dalam hatiku bergumam, rasanya ada sesuatu yang
bergerak dalam dadaku ketika ia mengucap kalimat itu. Terdengar singkat memang.
Tapi entah mengapa rasanya aku harus butuh waktu lama agar tak merasa sakit
dengan pernyataan yang seperti itu. Kali ini, aku merasa dianggap tak ada.
Mencoba menutupi hatiku yang mulai nyeri, ternyata usahaku masih
terlalu dangkal baginya, cinta yang kutunjukkan ternyata belum cukup menyentuh
hatinya. Ia masih terpaut pada masa lalu, ia masih belum melupakan masa lalunya
ketika aku secara perlahan-lahan berusaha menyembuhkan lukanya yang perih.
Setelah tahu semua itu, apakah kamu pernah menilik sedikit saja
perasaanku? Bisakah kau bayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka,
hanya karena ia tak tahu bagaimana perasaan orang yang dicintainya? Bisakah kau
bayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu dan mendengarkan
semua ceritamu dengannya? Bisakah kau bayangkan rasanya jadi seseorang yang
setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja? Aku berbisik
dalam hati.
Aku berusaha diam dan hanya bisa mengamatimu, setiap mengingat ini,
rasanya aku ingin menangis.
***
Awalnya, semua berjalan sederhana. Kita bercanda, kita tertawa, dan
kita membicarakan hal-hal manis, walaupun segala percakapan itu hanya tercipta
melalui pesan singkat BBM. Perhatian yang mengalir darimu dan pembicaraan manis
kala itu hanya kuanggap sebagai hal yang tak perlu dimaknai dengan luar biasa.
Hal berbeda yang kamu tawarkan padaku turut membuka mata dan hatiku dengan
lebar. Aku tak sadar, bahwa kamu datang memberi perasaan aneh. Ada yang hilang
jika sehari saja kamu tak menyapaku melalui dentingan chat BBM. Setiap hari ada
saja topik menarik yang kita bicarakan, sampai pada akhirnya kita berbicara hal
yang paling menyentuh; cinta.
Kamu bercerita lagi tentang mantan kekasihmu dan aku bisa merasakan
perasaan yang kau rasakan. Aku berusaha memahami kerinduanmu akan perhatian
seorang wanita. Sebenarnya, aku sudah memberi perhatian itu tanpa kau ketahui.
Mungkinkah perhatianku yang sering kuberikan tak benar-benar terasa olehmu? Aku
mendengar ceritamu lagi. Hatiku bertanya-tanya, seorang pria hanya menceritakan
perasaannya pada wanita yang dianggap dekat.
Ku tahu tak mudah menjadi seperti yang kau minta, aku bergejolak
dan menaruh harap. Apakah kau sudah menganggap aku sebagai wanita spesial
meskipun sekarang kita sudah memiliki status dan kejelasan? Senyumku mengembang
dalam diam, segalanya tetap berjalan begitu saja, tanpa kusadari bahwa cinta
mulai menyeretku ke arah yang mungkin saja tak kuinginkan. Yah, Dia menjadi
sosok sempurnamu kala itu, membuatku semakin merasakan sesak di dada.
Bagiku kesempurnaanmu adalah beban yang sangat berat untuk gadis
seusiaku. Aku hanya perempuan biasa, kuliah di jurusan yang sangat sederhana,
prestasiku tak seberapa, hobiku hanya menulis dan bermimpi, hanya itu yang bisa
ku lakukan. Kamu? Dan, kamu? Kamu adalah pria luar biasa, yang diceritakan
begitu sempurna dalam film dan rangkaian peristiwa drama, kamu menari,
bergerak, berjalan dengan anggun, sementara aku hanya gadis lugu yang hanya
berani menatapmu dari jauh dan berharap. Aku berharap bahwa pertemuan pertama
kita adalah mimpi yang akan terus berlanjut. Aku berharap tidak pernah bangun,
berharap tak ada orang yang menyadarkanku bahwa mendekatimu adalah sebuah
khayalan tingkat tinggi. Sedangkan kesempurnaan Dia? Yah, benar hanya Dia dan
akan selalu Dia..
“Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya…”
Hanya sepenggal lirik lagu inilah yang mewakili perasaanku.
AKU TAK PEDULI
Sayang, aku menulis ini sambil mendengar lagu ciptaan Ahmad Dhani
berjudul Immortal Love Song. Selera musikku yang terkadang aneh
dan mungkin berbeda dengan yang lainnya, lagu ini seperti membisikkan banyak
hal yang kurasakan, tentang gadis yang tak pernah meminta untuk dibalas
perasaannya, tentang seseorang yang hanya bisa melihat dan memandang namun
enggan mengajak bicara, atau tentang aku yang diam-diam mencintai sosokmu?
Dalam lagu ini, Nampak jelas ada seseorang yang terlihat bodoh karena jatuh
cinta. Akulah yang sedang mengalami fase itu.
Aku punya banyak mimpi, salah satunya bisa merasakan matahari
terbenam di seluruh pantai yang terletak di dekat Gunung. Kamu mau tahu
alasanku? Aku ini gadis lemah, jangan ajak aku naik gunung, aku bisa hipotermia
dan mati karena dinginnya sikapmu. Aku lebih suka pantai, aku suka pasir, aku
suka angin, aku suka air, aku suka suara gelombang. Intinya, aku suka semua dan
aku ingin menikmati itu semua bersamamu, kalau boleh sedikit mengemis, aku
ingin habiskan semua dalam pelukanmu. Oke, lupakan saja khayalan yang tak akan
pernah terkabul itu.
***
Aku tak peduli pada cemooh teman-temanku tentangmu, tak ingin tahu
penilaian mereka tentangmu. Mereka bilang
kamu seperti apapun, aku tak mau tahu karena aku tak melihatmu dari
segala sisi itu, kau sempurna dimataku, kesempurnaan yang mungkin hanya bisa
kubaca dan kurasa ketika kita bersama.
Aku
tidak peduli pada perkataan orang-orang sekitarku bahwa kita tak akan mungkin
bersama. Aku hanya bisa menjawab segala cacian itu dengan senyum dan berkata
“Biarkan kami yang menjalani semua. Kami yang tahu apa yang terjadi selama
ini..” dan, ketika kujawab seperti itu, mereka hanya menggenggam bahuku seakan
melihat seorang gadis yang bernasib paling buruk seluruh dunia. Aku sungguh tak
merasakan keburukan itu, bersamamu; kurasakan kebahagiaan yang tak bisa
kujelaskan, kebahagiaan yang tak akan pernah mereka pahami. Aku tidak peduli
pada perubahan sikapmu yang semakin sulit kutoleransi. (TO BE CONTINUED…)